Universitas Pertamina Dorong Transisi Energi Lewat Riset dan Inovasi Keberlanjutan

Isu perubahan iklim kini menjadi sorotan global yang tak bisa diabaikan. Cuaca ekstrem, bencana hidrometeorologi, dan krisis energi menunjukkan bahwa dunia tengah menghadapi tantangan besar yang membutuhkan solusi bersama. Indonesia, sebagai negara dengan sumber daya alam melimpah, berada di garis depan untuk beradaptasi dan berinovasi menghadapi perubahan tersebut. Dalam konteks itu, Universitas Pertamina mengambil peran penting sebagai lembaga pendidikan yang aktif mendukung transisi energi melalui riset, inovasi, dan kolaborasi lintas sektor.
Melalui konferensi internasional ICONIC-RS 2025, Universitas Pertamina menegaskan komitmennya untuk memperkuat riset keberlanjutan di bidang energi. Kegiatan yang melibatkan lebih dari seratus peserta dari sepuluh negara ini menjadi forum strategis bagi akademisi, praktisi, dan pemerintah untuk membahas arah pembangunan energi bersih. Direktur Transformasi dan Keberlanjutan Bisnis PT Pertamina (Persero), Agung Wicaksono, menyampaikan bahwa industri energi tidak bisa berjalan sendiri dalam mencapai target dekarbonisasi nasional. Menurutnya, sinergi antara dunia industri dan akademisi sangat dibutuhkan agar inovasi bisa diimplementasikan secara efektif. Pertamina, lanjutnya, telah mengembangkan berbagai inisiatif seperti biofuel B35, teknologi rendah karbon, serta kolaborasi dengan Universitas Pertamina melalui Pertamina Sustainability Center yang menjadi pusat riset keberlanjutan energi di Indonesia.
Dalam kesempatan yang sama, Staf Ahli Bidang Perencanaan Strategis Kementerian ESDM, Jisman P. Hutajulu, menjelaskan bahwa transisi energi bukan hanya soal mengganti sumber energi dari fosil ke terbarukan, tetapi juga tentang memastikan ketahanan energi nasional tetap terjaga. Ia menegaskan bahwa ketersediaan energi bagi masyarakat harus tetap stabil di tengah upaya penurunan emisi karbon. Saat ini, bauran energi baru terbarukan Indonesia mencapai 57,9 gigawatt dan pemerintah menargetkan peningkatan hingga 87,67 gigawatt pada tahun 2029. Pencapaian tersebut tentu membutuhkan dukungan dari riset akademik dan teknologi inovatif, dua hal yang terus dikembangkan oleh Universitas Pertamina.
Rektor Universitas Pertamina, Prof. Dr. Ir. Wawan Gunawan A. Kadir, M.S., IPU., menyebut bahwa dunia pendidikan memiliki peran strategis dalam mewujudkan transisi energi yang adil dan berkelanjutan. Ia menilai bahwa transformasi menuju energi bersih tidak hanya berbicara tentang teknologi, tetapi juga tentang manusia dan sistem sosial yang mendukung perubahan itu sendiri. Melalui kegiatan seperti ICONIC-RS, Universitas Pertamina mempertemukan berbagai perspektif—dari ekonomi, teknik, komunikasi, hingga diplomasi—untuk menghasilkan kebijakan dan solusi yang lebih holistik. Ia menambahkan bahwa mahasiswa perlu disiapkan sebagai generasi penerus yang memahami kompleksitas transisi energi, bukan sekadar sebagai isu teknis, tetapi juga sebagai tantangan peradaban.
Sementara itu, President Director Pertamina Foundation, Agus Mashud S. Asngari, menekankan bahwa keberlanjutan energi tidak bisa dilepaskan dari agenda sosial dan lingkungan. Ia menjelaskan bahwa perubahan iklim, ketimpangan ekonomi, dan krisis energi adalah tiga isu yang saling terhubung. Melalui Pertamina Net Zero Emission Roadmap 2025, Pertamina Foundation berupaya mengintegrasikan inovasi sosial dengan aksi lingkungan. Program Blue Carbon, pemberdayaan UMKM, serta beasiswa pendidikan merupakan bagian dari strategi untuk menciptakan dampak sosial yang sejalan dengan target dekarbonisasi nasional. Ia menegaskan bahwa kolaborasi seperti yang dilakukan bersama Universitas Pertamina menjadi langkah konkret dalam membangun ketahanan energi yang berkeadilan.
Universitas Pertamina sendiri telah mengembangkan berbagai program riset dan pengajaran yang berfokus pada pengelolaan sumber daya energi terbarukan. Pertamina Sustainability Center menjadi wadah utama bagi dosen dan mahasiswa dalam mengembangkan inovasi energi bersih, efisiensi industri, serta mitigasi dampak perubahan iklim. Kampus ini juga mengintegrasikan prinsip keberlanjutan ke dalam kurikulum akademik dan kegiatan kemahasiswaan. Pendekatan tersebut diharapkan mampu menumbuhkan kesadaran generasi muda tentang pentingnya tanggung jawab lingkungan dalam setiap keputusan teknologi dan bisnis. Bagi Universitas Pertamina, riset bukan sekadar kegiatan ilmiah, tetapi juga bentuk kontribusi nyata bagi pembangunan nasional yang berkelanjutan.
Peran pendidikan tinggi semakin penting ketika dunia menghadapi tantangan transisi energi yang kompleks. Tidak hanya dibutuhkan inovasi teknologi, tetapi juga kemampuan berpikir lintas disiplin agar solusi yang dihasilkan benar-benar dapat diterapkan. Dalam hal ini, Universitas Pertamina menempatkan diri sebagai jembatan antara ilmu pengetahuan dan kebijakan publik. Melalui kolaborasi dengan berbagai institusi, kampus ini membantu pemerintah dan industri untuk mengidentifikasi risiko, merumuskan strategi, serta menerapkan kebijakan energi yang adaptif dan berkelanjutan. Dari kegiatan seperti ICONIC-RS, lahir berbagai rekomendasi akademik yang relevan dengan tantangan global, mulai dari pengelolaan karbon hingga model ekonomi hijau.
Transisi energi bukan sekadar pergantian sumber daya, tetapi perubahan paradigma menuju masa depan yang lebih hijau dan efisien. Dalam proses ini, Universitas Pertamina berperan sebagai katalis yang mempertemukan peneliti, praktisi, dan generasi muda untuk bersama-sama membangun sistem energi yang tangguh. Dengan semangat inovasi dan kolaborasi, kampus ini terus berupaya mencetak lulusan yang tidak hanya ahli di bidangnya, tetapi juga memiliki kesadaran ekologis dan sosial. Melalui riset, edukasi, dan kemitraan global, Universitas Pertamina membuktikan bahwa transisi energi dapat menjadi jalan menuju ketahanan dan keberlanjutan, bukan sekadar wacana, tetapi langkah nyata menuju masa depan yang lebih baik.

